Jumat, 25 November 2016
ZINE: KAUM URBAN & EKOLOGI
Kegelisahan yang layak dibagikan sebelum semuanya terlanjur,
tidak diterbitkan secara resmi tapi bermanfaat jika dibaca.
https://drive.google.com/file/d/0B_X09fTS9n0OeWxuQTlGa1RnUGM/view
Salam, Aliansi Literasi Surabaya.
Sabtu, 19 November 2016
REVIEW: Orde Media
Penerbit: Insist Press
Televisi kerap dipelestkan menjadi "Tell-Lie-Vision". Pelesetan yang memang tidak lucu sama sekali namun pantas untuk dipertimbangkan. Orde Media berisi esai-esai kritis logika pertelevisian dan media pasca Orde Baru. Beberapa orang yang tidak membedah sejarah mungkin bertanya-tanya "mengapa harus pasca Orde Baru?", yang jelas bukan karena kebencian cuma-cuma atas kekecewaan pada rezim ini, kenyataannya kuasa negara terhadap media dijadikan alat mempertahankan kekuasaan, bercampur antara empunya kekuasaan politik dan modal.
REVIEW: Melihat Api Bekerja
Penulis: M Aan Mansyur
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Melihat Api Bekerja adalah kumpulan puisi, tulisan Aan Mansyur yang pertama kali saya sentuh dan menyentuh saya. Puisi-puisi di sini bukan gudang kosa kata yang memamerkan huruf-huruf ilmiah, kata-kata asing yang mewah dan sulit dimengerti. Puisi-puisi di sini lahir dari ketajaman menangkap realita kegelisahan pribadi maupun sosial, pengolahan rasa, perumpamaan-perumpamaan sederhana yang mewakili perasaan penulis sendiri, juga perasaan saya dan barangkali penikmat rasa lainnya. Rasa, rasa dan rasa.. Buku ini memang berisi perasaan, sebagai potret seorang anak yang terikat dengan gejolak zamannya.
"Jalanan keruh sekali setelah pukul tujuh pagi. Satu-satunya jalan keluar adalah masuk. Tutup pintu. Biarkan jalanan tumbuh dengan hal-hal paslu." - Menyaksikan Pagi dari Beranda
Rabu, 16 November 2016
REVIEW: Rumah Kertas
Judul Asli: La casa de papel
Penulis: Carlos María Domínguez
Penerjemah: Ronny Agustinus
Penerbit: Marjin Kiri
"Sebuah mahakarya." Frankische Landeszeitung
Demikian testimoni di cover belakang novel sastra yang hanya 76 halaman ini. Bukan basa-basi-busuk meski saya tidak tahu siapa Frankie Landeszeitung itu. Saya pun pada awalnya tak mampu berkomentar, testimoni dari New York Times ternyata sudah menjelaskan: "Buku tipis yang bisa menghantui pembaca jauh sesudah ditutup."
Meski tipis dan mampu dilahap sekali duduk, kisah ini (dan bagaimana penulis menceritakannya) mampu memberikan pengalaman spiritual pembacanya berupa teror mental yang lahir dari kecintaan akan buku.
REVIEW: Lelaki Tua dan Laut
Judul Asli: The Old Man and the Sea
Penulis: Ernest Hemingway
Penerjemah: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: KPG
The Old Man and the Sea yang ditulis pada tahun 1951 merupakan karya terakhir Hemningway dalam hidupnya. Novel pendek peraih Nobel Sastra pada tahun 1954 ini berkisah tentang seorang nelayan tua bernama Santiago yang berjuang untuk mendapatkan ikan besar di laut lepas.
Sebenarnya garis besar ceritanya hanya itu saja. Namun jika pembaca menggunakan kepekaannya untuk menarik makna secara sempit maupun luas dari setiap kalimat dan keseluruhan ceritanya, maka tidak heran jika novel ini mendapat berbagai penghargaan di dunia sastra.
Kamis, 10 November 2016
Generasi yang terburu-buru menyimpulkan
Ketika seseorang melakukan keburukan, di"percuma-percumakan" dengan kebaikannya. Ketika seseorang melakukan kebaikan, di"padahal-padahal belum"kan sama keburukannya, kekurangannya, sekecil-kecilnya.
Generasi yang terburu-buru menyimpulkan.
Aku pikir, sederhana sekali pemikiran mereka. Hanya mampu memandang kompleksivitas kehidupan dengan hitam putih. Doktrin mana yang mereka telan? Sinis terhadap keburukan, sinis pula terhadap kebaikan. Bagi mereka, orang yang "setengah-setengah" adalah munafik sementara "orang-orang munafik" itu terus berusaha memerangi diri sendiri agar mampu melakukan kebaikan-kebaikan.
Barangkali mereka memang merasa lebih aman dengan tidak melakukan apa-apa selain berkomentar.
Langganan:
Postingan (Atom)