Kau jendela dan padamu sepasang mata pendongeng
Diam dan mampu menjelaskan cita-cita juga kejatuhan manusia
Kebisuan yang bercerita banyak dan melindungi nuraniku
Batas antara angan-angan dan hal-hal yang belum mampu aku sentuh
Dari telingamu kudengar seorang ibu bernyanyi sendu
Teringat dua tahun lalu aku bertemu dengannya
Memungut sampah dari rumah-rumah dan jalan yang membenci kebersihan
Sesekali bernyanyi dan padaku ia ceritakan kisah dari masa lalu
Tentang rumah dan pekerjaan yang berubah lumpur panas dan liburan orang lain
Yang hanya menyisakan suara dan usia anak yang butuh sekolah
Aku membagikannya waktu dan sepiring makan malam
Ia memilih pulang dengan keringat yang masih basah dan sebungkus nasi yang masih utuh
Kau jendela dan padamu singgah pengelana yang membawakanku sarapan pagi
Langit keemasan dan hangat cahaya mentari
Juga sampah yang berubah mimpi-mimpi berserakan
Nanti malam siap dikumpulkan menjadi upah dan seragam sekolah
Kau jendela dan padamu sepasang mata pendongeng
Rapuh dan penuh menampung pertanyaan dari yang pernah singgah dan mati
Menunggu dan menanggung kelak menceritakan akhir peristiwa
Siapa jadi arang dan siapa jadi abu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar