perpisahan mengutuk tubuhmu jadi bayangan
mengikuti dan gagal kusentuh
fotomu adalah satu-satunya jendela
antara aku dan apa yang matamu ingin sampaikan
foto kita adalah satu-satunya tempat tanpa antara
dan aku ingin tertidur di sana
barang-barang siap pulang
menjauhkan kaki dan kehendak untuk tetap tinggal
hari-hari yang tidak mampu mengulang
membuat jarak antara telingaku dan bibirmu yang ingin berbisik
siang itu punggungku membawa roti, susu
dan sisa-sisa semua yang kita suka
mengapa kita duduk dan mendulang makanan yang lebih asin dari airmata?
Kamis, 28 Desember 2017
Rabu, 06 September 2017
13TH MUNIR
13 TAHUN KEMATIAN MUNIR
Pelanggar HAM masih berkeliaran,
silakan cetak secara cuma-cuma
stiker dan poster Munir
untuk terus melawan impunitas,
silakan perbanyak dan sebarluaskan
tidak untuk kepentingan komersial
alias tidak untuk diperdagangkan.
Download link:
Poster A3
https://drive.google.com/open?id=0B3jSF2XRU5eoWlBqVF90UGlPYXM
Sticker A3
https://drive.google.com/open?id=0B3jSF2XRU5eoOFNQakQ3MnBIVlk
Jumat, 18 Agustus 2017
Sebuah Sajak yang Menyangkal Kemerdekaan
jika cinta adalah ego yang benci disalahkan
maka kelahiran adalah kesalahan pertama
aku melihat diriku
di antara nilai-nilai yang bertabrakan
aku melihat diriku
kepercayaan yang dipilihkan
aku melihat diriku
garis-garis yang dipaksakan
aku melihat diriku
cita-cita yang tak punya tempat
aku melihat diriku
dicintai tak pernah lebih dari ini
maka jika bayi-bayi dilahirkan
aku akan menangis
maka kelahiran adalah kesalahan pertama
aku melihat diriku
di antara nilai-nilai yang bertabrakan
aku melihat diriku
kepercayaan yang dipilihkan
aku melihat diriku
garis-garis yang dipaksakan
aku melihat diriku
cita-cita yang tak punya tempat
aku melihat diriku
dicintai tak pernah lebih dari ini
maka jika bayi-bayi dilahirkan
aku akan menangis
Selasa, 13 Juni 2017
Dehumanisasi Komoditas Karya Seni
Seni
merupakan hasil kebudayaan yang mulai berkembang sejak awal peradaban manusia
yaitu zaman berburu, terbukti dengan ditemukannya simbol-simbol sederhana pada
dinding gua di berbagai wilayah Indonesia yang berasal dari lebih 40.000 tahun
lalu. Temuan ini adalah bukti kemampuan manusia pada masa lalu dalam
mengungkapkan ekspresinya, juga bentuk perwakilan untuk mengabadikan suatu
kegiatan dalam bentuk “coretan”.
Aristoteles
(384-322 SM) menjelaskan bahwa mengekspresikan sesuatu lewat seni berfungsi
untuk menyalurkan afek psikologis individu sebagai media kontrol diri sehingga
manusia dapat mengendalikan dampak lanjutan dari tekanan dalam diri. Bagi penikmat
seni pun Arthur Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa seni membebaskan
diri dari beban individualitas dengan memberikan kesan pembebasan, sebab memang
merupakan tugas seni menjadi cermin jernih untuk menampakan idea yang hakiki
dalam kehidupan ini.
Kamis, 25 Mei 2017
Istilah yang Dihapus dari Buku Filsafat
Duniaku sebatas kamar tidur dan perpustakaan di kepalaku
Juga hal-hal lain yang lebih banyak mengajariku untuk waspada
Aku kehilangan segala sesuatu yang bisa membuatku utuh
Semacam ketidakpercayaan yang belum memiliki nama
Atau istilah-istilah yang dihapus dari buku filsafat
Juga hal-hal lain yang lebih banyak mengajariku untuk waspada
Aku kehilangan segala sesuatu yang bisa membuatku utuh
Semacam ketidakpercayaan yang belum memiliki nama
Atau istilah-istilah yang dihapus dari buku filsafat
Jumat, 19 Mei 2017
Sepasang Mata Pendongeng
Kau jendela dan padamu sepasang mata pendongeng
Diam dan mampu menjelaskan cita-cita juga kejatuhan manusia
Kebisuan yang bercerita banyak dan melindungi nuraniku
Batas antara angan-angan dan hal-hal yang belum mampu aku sentuh
Dari telingamu kudengar seorang ibu bernyanyi sendu
Teringat dua tahun lalu aku bertemu dengannya
Memungut sampah dari rumah-rumah dan jalan yang membenci kebersihan
Sesekali bernyanyi dan padaku ia ceritakan kisah dari masa lalu
Tentang rumah dan pekerjaan yang berubah lumpur panas dan liburan orang lain
Yang hanya menyisakan suara dan usia anak yang butuh sekolah
Aku membagikannya waktu dan sepiring makan malam
Ia memilih pulang dengan keringat yang masih basah dan sebungkus nasi yang masih utuh
Diam dan mampu menjelaskan cita-cita juga kejatuhan manusia
Kebisuan yang bercerita banyak dan melindungi nuraniku
Batas antara angan-angan dan hal-hal yang belum mampu aku sentuh
Dari telingamu kudengar seorang ibu bernyanyi sendu
Teringat dua tahun lalu aku bertemu dengannya
Memungut sampah dari rumah-rumah dan jalan yang membenci kebersihan
Sesekali bernyanyi dan padaku ia ceritakan kisah dari masa lalu
Tentang rumah dan pekerjaan yang berubah lumpur panas dan liburan orang lain
Yang hanya menyisakan suara dan usia anak yang butuh sekolah
Aku membagikannya waktu dan sepiring makan malam
Ia memilih pulang dengan keringat yang masih basah dan sebungkus nasi yang masih utuh
Kamis, 11 Mei 2017
Rumah Masa Kecil
2000-2007
Halaman rumahku luas untuk bermain kelereng dan bulutangkis yang koknya terkadang menyangkut di atapnya yang seng. Ayam-ayam suka masuk ke dapur, kami tak memelihara ayam, tapi rumahku tak berpagar, begitu juga rumah tetanggaku. Dari jendela kamar ibu, aku suka mengintip jendela rumah temanku dan menebak-nebak adakah mereka di rumah. Kami sering bermain bersama, juga dalam mimpi tidurku, sebab bermain bersama adalah hal paling mewah pada masanya. Anak-anak seusia kami tak memiliki handphone, aku beberapa kali menelfon sahabatku lewat telfon rumah, menelfon adalah hal istimewa dan karenanya kini aku kenang. Aku suka menghafalkan 5 digit nomor telfon rumah sahabat-sahabatku.
Senin, 01 Mei 2017
Catatan Hari Buruh
Jika pagi kau menyusuri jalan-jalan
perkotaan
Bisa kau dapati mereka yang bangun
lebih awal
Yang berolahraga dengan sepeda dan pakaian lengkap
Juga yang berolahraga dengan
caranya sendiri, menyapu jalan
Jika kau ingin telusuri kenyataan
kehidupan masyarakat
Mereka hidup dibalik gedung
Dan kostum, yang membuat mereka
menjadi sama
Dan terlihat baik-baik saja
Kau boleh telusuri kampung mereka
Deretan kumuh yang sering luput
dari tata kota
Yang ketika hendak disentuh
serangkaian rencana
Nyawa yang mampu berpikir hanya
berubah menjadi angka-angka
Rabu, 26 April 2017
Isa dan Rumah Langit
Minggu sore selalu menyiapkan kisah manis dan romantis. Aku menunggu adik-adik datang dengan sisa tawa mereka yang ceria selepas bermain, atau cemberut wajah mereka selepas kesal oleh perkara-perkara sederhana, atau tubuh lelah mereka selepas berdagang yang mungkin tidak laku. Apa yang terlihat dari anak kecil selalu jujur, murni, dan tidak perlu disalahkan. Aku menunggu mereka menghampiriku, mereka manis, suka memelukku, merebutkan perhatian dan minta pangku, sesekali berebutan minta dibacakan buku.
Aku mencintai buku, dan senang ketika mampu membangun perpustakaan bagi orang lain. Bagiku, membuat perpustakaan adalah membangun jembatan, antara individu dan ilmu, antara masyarakat dan kesadaran kolektif, antara bangsa dan kemajuan peradaban. Meski hanya perpustakaan jalanan dengan buku terbatas beralas banner bekas. Aku juga mencintai kawan-kawan yang membangun jembatan bersama. Mereka bukan orang yang hanya suka berdebat agar terlihat pandai. Mereka sederhana dan ingin ilmu yang mereka miliki dapat bermanfaat untuk orang lain. Aku mencintai orang-orang sederhana, mereka yang tak butuh pengakuan untuk terus berbuat banyak. Mereka yang menguasai diri mereka sendiri adalah mereka yang menguasai kehidupan.
Nah, kini akan kuceritakan padamu satu kisah minggu sore.
Minggu, 09 April 2017
SOEKARNO: "TANAM!"
Silakan download, share link, cetak, perbanyak, bagikan secara cuma-cuma. Bisa jadi poster, stiker, wheatpaste, stencil, zine, postingan sosial media dll. Bisa untuk kamarmu, meja belajarmu, perpustakaanmu, cafemu, mabesmu, dll.
Pengaplikasian boleh untuk pribadi diizinkan. Tidak untuk kepentingan komersil alias tidak untuk diperdagangkan.
Jumat, 07 April 2017
Penulis yang Menghapus Kata Kita
Kau sejarah yang ditulis orang-orang kalah
Sajak sang penyair yang dihapus namanya
Kau pecundang yang pernah berjuang
Kekalahan yang mampu menguras kesedihanku
Kau kenyataan yang tidak terbenarkan
Duri yang memilih memeluk diri sendiri
Dalam ketidakberdayaan menghadapi kuasa waktu
Kau penulis yang menghapus kata kita
Aku tokoh utama dalam cerita
Kau mencintaiku dan aku mencintai kesalahanmu
Sajak sang penyair yang dihapus namanya
Kau pecundang yang pernah berjuang
Kekalahan yang mampu menguras kesedihanku
Kau kenyataan yang tidak terbenarkan
Duri yang memilih memeluk diri sendiri
Dalam ketidakberdayaan menghadapi kuasa waktu
Kau penulis yang menghapus kata kita
Aku tokoh utama dalam cerita
Kau mencintaiku dan aku mencintai kesalahanmu
Senin, 03 April 2017
Mereka yang Tak Bisa Kau Tolak Kemarahannya
Aku pernah berada di kapal layar besar, terombang-ambing di tengah samudera. Cuaca buruk, gelombang besar, ombak ekstrim menyirami seluruh kapal. Aku berlari ke sebuah ruangan bersama orang-orang yang sempat berlari ke ruangan yang sama. Dari pintu yang tidak kututup rapat aku mengintip, bagaimana manusia menjerit ketika ombak menelan tubuh mereka.
Alam ini besar dalam artian sesungguhnya, mereka maha dasyat dan tak bisa kau tolak kemarahannya. Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, mengingat permasalahan dalam hidup sendiri. Sungguh tiada arti permasalahan manusia ketika merawat dan menjaga bumi yang kita huni dianggap hanya milik para aktivis saja.
Aku bukan aktivis, tapi bencana alam tak mengenal siapa kita.
Di saat yang sama, ada nyanyian sakral, meneror sekaligus menumbuhkan rasa segan, nyanyian itu bergema di rasa dan pikirku yang sudah melebur
"ibu bumi wis maringi.. ibu bumi dilarani.. ibu bumi kang ngadili.."
Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, lagi. Dengan perasaan haru aku teringat petani-petaniku, aku teringat nasi yang menjadi bagian dari tubuhku, aku teringat keiklasan mereka merawat bumi, aku teringat perjuangan mereka menjaga bumi, aku teringat tangis kekalahan mereka, esoknya mereka bangkit lagi, kalah lagi.
Bangkit lagi.
Aku teringat bagaimana mereka diperlakukan tidak adil
dan aku merindukan Tuhan.
Alam ini besar dalam artian sesungguhnya, mereka maha dasyat dan tak bisa kau tolak kemarahannya. Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, mengingat permasalahan dalam hidup sendiri. Sungguh tiada arti permasalahan manusia ketika merawat dan menjaga bumi yang kita huni dianggap hanya milik para aktivis saja.
Aku bukan aktivis, tapi bencana alam tak mengenal siapa kita.
Di saat yang sama, ada nyanyian sakral, meneror sekaligus menumbuhkan rasa segan, nyanyian itu bergema di rasa dan pikirku yang sudah melebur
"ibu bumi wis maringi.. ibu bumi dilarani.. ibu bumi kang ngadili.."
Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku, lagi. Dengan perasaan haru aku teringat petani-petaniku, aku teringat nasi yang menjadi bagian dari tubuhku, aku teringat keiklasan mereka merawat bumi, aku teringat perjuangan mereka menjaga bumi, aku teringat tangis kekalahan mereka, esoknya mereka bangkit lagi, kalah lagi.
Bangkit lagi.
Aku teringat bagaimana mereka diperlakukan tidak adil
dan aku merindukan Tuhan.
Rabu, 22 Maret 2017
#IbuPatmi #KendengBerduka
Jika kau cinta jiwa raga yang merdeka
Tetap saling melindungi
Dan harus berani, harus berani
Jika orang-orang serakah datang
Harus dihadang
Harus berani, harus berani
Jika orang-orang itu menyakiti
Harus bersatu menghadapi
Sedihmu adalah sedihku juga
Sakitmu sakitku sakit kita manusia
Bahagiaku takkan lengkap tanpa bahagiamu
Bahagiakanlah kehidupan
Lagu Hidup - Sisir Tanah
Jumat, 10 Maret 2017
Bahan Kegiatan Mewarnai Anak
Saya membuat gambar ini untuk kegiatan mewarnai adik-adik
agar dalam kegiatan mewarnai tidak sekadar melatih kreativitas
namun juga ada pesan moral sederhana yang dapat disampaikan.
Saya membuat tiga gambar dengan satu pesan yang sama,
bagi saya memberikan bahan kegiatan juga harus menyesuaikan usia anak,
maka saya membuat 3 gambar dengan 2 gambar yang lebih sederhana
untuk anak yang berusia lebih kecil.
Jumat, 24 Februari 2017
Diana
mungkin umurmu sepuluh tahun
aku sering melihat anak seusiamu
bersama orangtua yang menyayangi anaknya
dan bersyukur pada Tuhan masih bisa memberi
sepatu hitam untuk sekolah
sepatu merah muda untuk jalan-jalan
ada juga anak yang menangis
minta dibelikan makanan
tapi tidak diberikan
karena sudah berlebihan berat badan
dan bisa menjadi penyakit
Kamis, 16 Februari 2017
Sawah Habis di Negeri Agraris
Apa yang selalu bisa kita lakukan adalah memperluas wilayah kewarasan
sedikit demi sedikit, dari individu ke individu, generasi ke generasi.
Demikian pesan yang saya dapatkan dari George Orwell dalam buku 1984.
Maka saya mencoba berbagi pemikiran melalui karya,
harapannya dapat menjadi bahan pertimbangan, kesadaran,
dan sangat baik jika menjadi tindakan.
Silakan download, share link, cetak , perbanyak, bagikan secara cuma-cuma.
tidak untuk diperjualbelikan.
poster (ukuran A3)
https://drive.google.com/open?id=0B3jSF2XRU5eoTnM4MTd5VnBTQlk
stiker (ukuran A3)
https://drive.google.com/open?id=0B3jSF2XRU5eoMWx4TlJ4TW5DYms
Sebarkan pesan kebaikan, dengan cara masing-masing.
Semoga bermanfaat.
Minggu, 12 Februari 2017
Bermain Bola Bekel
Yang kelas 1 tidak bermain, katanya tidak bisa. Matanya, adalah mataku yang dulu, perempuan kecil yang ragu, tak percaya pada diri sendiri, oranglain, barangkali pernah gagal dan kena olok. Anak kecil biasanya memang tidak mengerti, dan tidak terpikir untuk peduli apa itu harga diri, tapi aku dan anak itu barangkali lain lagi.
Kamis, 12 Januari 2017
Review: 1984
Penulis: George Orwell
Penerjemah: Landung Simatupang
Penerbit: Bentang
1984 ditulis pada tahun 1949 seolah penulis sedang meramalkan kondisi Inggris pada tahun tersebut. Membaca buku haruslah peka untuk mencari makna, sebagaimana pun setting memberikan waktu atau nama tempat atau apapun seperti Inggris dan 1984, novel ini mampu melepas diri dari teks hingga pandangan yang disampaikan dapat menjadi kacamata baru untuk melihat tidak hanya Inggris atau tahun 1984. Jadi maksud saya, yang tidak tertarik dengan Inggris atau tahun 1984 tidak perlu tidak tertarik dengan buku ini.
Melalui sudut pandang tokoh utama, pembaca akan diperlihatkan bagaimana kekuasaan otoriter bekerja dan bertahan dengan memanfaatkan keterbatasan berpikir manusia. Sebagaimana saya percaya nasib masyarakat cenderung dibentuk oleh sistem kekuasaan dominan, buku ini menceritakan proses tersebut secara spesifik.
"Dan, apa yang menakutkan bukanlah bahwa mereka akan membunuhmu jika berpikir lain, melainkan bahwa mungkin mereka memang benar. Sebab, bagaimanapun halnya, bagaimana kita tahu dua ditambah dua sama dengan empat? Atau bahwa gaya tarik bumi sungguh-sungguh berjalan? Atau bahwa masa silam tidak terubah? Jika masa silam dan dunia abadi hanya ada dalam pikiran dan jika pikiran itu sendiri dapat dikendalikan-terus bagaimana?"
Minggu, 08 Januari 2017
Aku Menghormati Komunikasi Kita
aku menghormati komunikasi kita
ketika bahasa sering gagal menerjemahkan perasaan manusia
terlalu sedikit menawarkan "kata sifat"
melahirkan perdebatan-perdebatan yang tiada arti
menggeser pesan, tujuan dari bahasa itu sendiri
aku menghormati komunikasi kita
ketika bahasa mengajarkan terlalu banyak "lawan kata"
pahit-manis, hitam-putih, baik-jahat
konsumsi pendidikan dini
membesarkan dengan naif kaum moralis
aku menghargai komunikasi kita
bahasaku dan bahasamu
adalah aku yang tak malu menceritakan kesombonganku
dan kau yang tak ragu menceritakan kesimpulan baru
karena kau tahu kata sombong tak sesederhana hitam
dan aku tahu kesimpulan tak meminta hakim
namun rendah hati untuk segala mungkin
aku menghormati komunikasi kita
kata dan tatap mata sebagai gerbang ke jiwa
seolah di kehidupan tanpa bahasa
kau pernah berjanji untuk mengerti
juga tak membunuh kepercayaan diri
Langganan:
Postingan (Atom)