Minggu, 11 Desember 2016

Tuhan, ke mana aku harus pergi?

pagi itu aku ke rumah ibadah
besar sekali, menampung ratusan orang banyak sekali
lampu-lampu dan panggung yang besar oh megah sekali

orang-orang di sini pastilah memilih penampilan terbaik
bersiap menghadap Tuhan dalam satu waktu yang istimewa
ada yang berbedak tebal, sanggulnya tinggi oh tinggi sekali

kota yang panas dan bau keringat
tapi suhu di sini bagus sekali
aku tidak gosong dan tidak suka mengomel
ACnya banyak oh dingin sekali

orang-orang di sini pastilah bersungguh-sungguh
mereka berdoa, bernyanyi, menari kecil semangat sekali
tersenyum dan menangis sekali-kali

pikiranku jadi lari-lari
diskusi apa mereka dengan Tuhan
apa tentang calon istri atau kehidupan sehari-hari
pasti akrab dan mesra oh romantis sekali

sampai berganti sesi
pemuka agama mulai memberi saksi
tentang kehidupan yang diserahkan pada Tuhan
pasti diberkati oh beruntung sekali

keberuntungan kadang pilih-pilih
di luar rumah ibadah ada yang menanti
tak ikut bernyanyi apalagi menari-nari
karena harus menjual tahu isi
mungkin untuk membeli kipas angin 
atau membeli waktu agar bisa diberkati

karena berkat juga sulit dibagi
selalu luput untuk diingati
mungkin memang lebih perlu mengajari bagaimana mengasihi diri sendiri
karena suka cita adalah cita-cita yang paling menyenangkan dan tak bersalah
hingga rumah ibadah menjadi jalan menunju pusat perbelanjaan
bukan si penjual tahu isi
apalagi penggusuran pinggir kali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar